Kekayaan Sahat Sianturi

Anggota DPRD Kota Batam

Batam (BN)- Baginya, bicara soal kekayaan bukanlah sesuatu yang tabu saat ini, apa lagi itu wakil rakyat. Walau demikian, dia sempat seperti enggan untuk bicara harta yang dimilikinya, karena menurutnya,hartanya sudah berkurang banyak. Namun tidak sulit untuk meminta informasi dan keterangan darinya, karena setelah berbincang sebentar, Sahat Sianturi yang ditemui di DPRD Kota Batam bersedia buka-bukaannya soal harta yang dimilikinya. Setelah menyepakati janji bertemu, akhirnya Batam News dan Sahat bertemu.

Sekitar pukul 08.00 WIB di rumah kediamannya yang beralamat di Alamat Baloi Centre Blok D nomor 109, Batam News, beberapa waktu lalu Batam News dan Sahat bertemu untuk wawancara. Saat di datangi dirumahnya, Sahat sedang mandi. Sementara istrinya, bersih-bersih dan menyiram bunga dihalaman rumah yang terlihat asri tersebut. Anak tunggalnya yang duduk di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sudah berangkat sekolah.

Setelah membuka pintu pagar rumah tersebut, Marice, istri Sahat mempersilahkan Batam News masuk untuk menunggu kader PDI perjuangan yang sudah dua periode terpilih sebagai anggota DPRD Batamtersebut. "Tunggu ya, abang lagi mandi, sebentar lagi selesai," ujarnya sambil berlalu untuk melanjutkan aktivitasnya.

Sambil menunggu tuan rumah selesai maindi, sesaat Batam News mengamati, tidak ada perubahan saat tuan rumah mengikuti Pilkada Walikota Batam tahun lalu. Malah kali ini perubahannya terjadi pada isi halaman rumahnya. Saat Pilkada dulu, mobil merek Toyota Prado dan Land Cruisser selalu terparkir bersama mobil dinasnya. Kini dihalaman rumahnya hanya ada Sedan Toyota Altis plat merah dan sedan merek Mark II.

Di ruang tamu pemandangan yang tidak beda jauh saat tuan rumah ikut Pilkada juga terlihat. Ada dua set kursi tamu dan perabotannya, seperti meja hias sederhana. Saat mengamati isi rumah itu, Sahat yang sudah rapi muncul. Sesaat perbincangan berlangsung.

Namun sebentar dia memanggil anak buahnya untuk mengambil data kekayaannya yang didaftarkan di KPKPN. Setelah memegang bundelan kertas daftar kekayaan yang dilaporkan saat ikut Pilkada dulu, dia berujar kalau uang dan mobilnya berkurang. "Mobil berkurang, tapi land cruisser dan Prado masih ada. Itu mobil proyek," ujarnya singkat.

Mobil Prado dan Land Cruisser dipergunakan untuk proyek dan saat itu sedang ditangan anak buahnya dan rekan bisnisnya. Sementara mobilnya yang berkurang diantaranya Isuzu Tropper jenis jeep 1 unit, Toyota jenis truk yang dulunya 3 unit kini tinggal 1.

Selain itu, Rukonya yang dulu ada 3 unit kini tinggal 1 unit. 2 unit Ruko kata dia terjual untuk biaya di Pilkada. Selain itu, tabungan dalam mata uang dollar yang bernilai 40.000 dollar singapura kini tinggal 20.000. "Ikut Pilkada harus berani berkorban. Itu pengorbanan materi untuk biaya sosialisasi dan kampanye," jelasnya.

Dengan demikian kata dia, hasil hitungan harta benda berkurang. Namun harta yang bertambah kata dia tidak ada. Rendahnya pemasukan keuangannya kata dia, karena perusahaan kontraktor yang dimilikinya kurang aktif. "Sekarang perusahaan itu dikelola istri. Kurang jalan karena proyeknya macet. Beda kita pegang dengan istri yang megang," sambungnya.

Selain rumah yang saat ini ditinggalinya, Sahat juga memiliki rumah lainnya dikompleks itu juga, tepatnya di Blok C nomor 81 dan ditaksir bernilai Rp200 juta. Rumah tersebut disewakan kepada warga lain. Sementara harta lainnya ada emas yang diperkirakan harganya berharga 2,2 juta dan surat berharga di 2 perusahaan.Surat berharga tersebut juga kata dia berkurang dan hanya ada di dua perusahaan.

Sementara uang tunai dan deposito Sahat kini ada Rp 220 juta dan diperkirakan harta bendanya baik harta benda bergerak dan tidak bergerak sekitar 2,8 miliar. Dia mengatakan kalaupun ada penambahan angka, itu disebabkan harga nilai jual asetnya meningkat, seperti rumah. Namun dari jumlah satuan hartanya berkurang.

Harta benda yang dimilikinya tersebut mayoritas diperolehnya dari kerja kerasnya sebagai karyawan dan kontraktor. Sementara dari hasil kerjanya sebagai anggota dewan, tidak terlalu kelihatan, dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhannya. "Didewan kita hanya pelayanan dan tidak mencari kekayaan. Kalau mau kaya, jadi pengusaha lebih baik. Kalau didewan tidak bisa konsen untuk usaha," jelasnya.

Harta miliknya diperoleh mulai saat dia masuk Batam tahun 1985 dan bekerja sebagai karyawan PT Aflow. Setahun kemudian pindah ke PT Mc Dermott dari tahun 1986 hingga tahun 1989. Selanjutnya pindah kerja ke Jakarta dan bekerja di perusahaan perminyakan/lepas pantai.

Tahun 1993 kembali ke Batam sebagai Manager di perusahaan Prancis yang mengelola Hang Nadim. Baru pada tahun 1995 buka usaha kontraktor. Tahun 1998 menjadi pengurus PDIP dan tahun 2000 jadi anggota dewan DPRD Kota Batam.

Comments