Suhaeni

Punya Simpanan 200 Gram Emas

Batam (BN)- Anggota DPRD Kota Batam, Hj Suhaeni selalu mengingat kalau untuk sukses, membutuhkan perjuangan. Perjuangan juga membutuhkan pengorbanan waktu dan materi. Tidak ada yang datang secara sendirinya tanpa perjuangan. Demikian juga yang dijalani Suhaeni sejak menjadi mahasiswa hingga kini duduk di kursi empuk sebagai wakil rakyat.

Saat wawancara yang berlangsung diruang fraksi PPP Plus, Suhaeni banyak bercerita tentang pengalamannya sebagai kader partai yang menghantarkannya ke kursi DPRD Batam hingga dua periode. Padahal sebelumnya, dia hanya seorang guru MTS di Tanjung Sengkuang dengan gaji Rp 450 ribu.

Sama seperti kebanyakan anggota DPRD Kota Batam yang lainnya, ibu dari Nurannisa Fitri Ani Sultan (11) dan Nur Fadli Muktamar (9) juga mengaku kalau hartanya berkurang banyak. Sekarang harta dari hasil kerjanya sebagai anggota dewan dan suaminya yang kini menjadi pengusaha, nilainya sudah berada diatas 300 jutaan.

Menariknya, dari pengakuan Suhaeni, dia dan suaminya tidak memiliki tabungan, pada hal dia sudah menjadi anggota dewan selama dua periode. Sebagaimana laporan KPKPN, dulu Suhaeni memiliki satu unit mobil dan dua unit motor serta 180 gram emas. Kini hartanya bertambah sedikit. Emasnya sudah 200 gram dan motornya menjadi tiga. Saat melaporkan ke KPKPN, Suhaeni mengaku memiliki dua motor merek Legenda tahun 2002 dan Yamakawi tahun 2002.

Menurutnya, rumah yang dimilikinya juga tetap satu sebagai tempat tinggal bersama keluarganya di Bukit Senyum, Tanjung Sengkuang, Batu Ampar. Hanya saja, ukuran bangunannya bertambah karena sudah direnovasi. "Rumah kami hanya ada satu, yang saat ini kami tinggali. Tapi besarnya lebih besar karena sudah kami renovasi," ujar perempuan yang tinggal di Tanjung Sengkuang ini.

Pengakuan Suhaeni, biaya yang paling besar keluar saat dia mencalonkan diri pada tahun 2004 lalu. Sementara saat menjadi anggota DPRD pada tahun 1999, dia tidak mengeluarkan biaya banyak, kecuali untuk transportasi saksi. Sementara untuk pemilu dia tidak menghabiskan dana karena dibantu DPW karena sistemnya saat itu masih belum sistem terbuka.

"Sebagai anggota dewan, gaji saya lebih besar dibanding menjadi guru, jadi pada periode pertama menjadi anggota dewan, uang saya ada terkumpul. Namun saat pemilu 2004, banyak yang habis. Biaya selama kampanye cukup besar," jelasnya.

Walau mengaku hartanya semakin berkurang, namun Suhaeni masih memiliki niat untuk tetap menjadi anggota dewan. Hanya saja untuk periode kedepan dia melirik anggota DPRD Provinsi Kepri, karena di Batam sudah dua periode dan tidak dimungkinkan lagi untuk bertahan sampai tiga periode.

Sejak menjadi mahasiswa, Suhaeni sudah menggeluti dunia politik dan menjadi anggota PPP, di Makassar. Sejak tamat kuliah dan masuk ke Batam pada awal 1994 lalu, dia langsung mencari bendera PPP. Dia kemudian diajak kader PPP, Daeng Muhammad Saleh untuk lebih serius berkecimpung di PPP.

"Tidak lama di Batam, saya langsung menjadi pengurus karena sebelumnya saya juga sudah memiliki kartu anggota," jelasnya, saat ditemui Batam News diruang kerjanya.

Setelah itu dia masuk DPC PPP sebagai Sekretari untuk periode 1995-2000. Namun karena dipercepat, Muscab PPP juga dipercepat, sehingga masa periodenya tidak berlangsung hingga lima tahun.

Pengakuan Suhaeni, saat Muscab dipercepat, dia terpilih menjadi Ketua DPC untuk lima tahun kedepannya. Namun dalam kesempatan Muscab itu juga, dia minta digantikan dan memilih posisi sekretaris.

Sikap itu diambilnya berangkat dari pendidiklan agama yang diperolehnya sewaktu dibangku kuliah. Dia pun menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada kaum pria di PPP. "Saat itu umur saya masuh 31 tahun. Sementara yang saya pelajari sewaktu kuliah di Universitas Muhammadiah, perempuan bisa menjadi pemimpin setelah berumur 35 tahun ke atas. Karena itu jabatan ketua akhirnya saya serahkan ke yang lain," ujarnya. (martua)

Comments