Tharmani

Ratusan Juta Jadi Ratusan Ribu

Tharmani SE, anggota dewan dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengaku mengalami penurunan jumlah kekayaan. Bahkan ia mengaku, diantara sebagian besar anggota dewan yang mengaku kekayaan merosot, ialah yang paling drastis.
Saat melaporkan kekayaannya, ia punya tabungan ratusan juta rupiah, sekarang dia mengaku hanya tinggal ratusan ribu. Begitu pengakuan dari pria yang tinggal di Anggrek Mas Blok F Nomor 37 itu.
Walau kekayaannya berkurang drastis, namun Tharmani tidak pernah menyesal masuk lingkaran politik di Batam. Namun demikian, soal maju atau tidaknya di Pemilu mendatang, Tharmani mengaku masih menunggu petunjuk tokoh masyarakat dan tokoh agama yang dihormatinya di daerah pemilihan Sekupang.
"Saya akan bertemu mereka untuk menanyakan, apakah saya masih dibutuhkan atau tidak. Kalau mereka bilang tidak maju, saya akan berhenti dan tidak akan maju di Pemilu 2009 mendatang. Kalau mereka bilang maju saya akan siap, tapi saya konsultasikan dulu dengan tokoh LAM dan KKBM," tegasnya.
Sebagaimana diungkapkan, setelah menjadi anggota dewan hingga sekarang hartanya banyak berkurang. Namun di sisi lain, ada kebahagian tersendiri sebagai saluran aspirasi masyarakat dan wawasannya semakin kaya.
Berbagi cerita tentang harta kekayaannya, Tharmani cukup terbuka. Dia mengatakan selain rumah yang ditinggalinya sekarang, dia memiliki rumah di Sakura Indah seharga sekitar Rp50 juta dengan luas 126x136 m2 yang dibeli sekitar tahun 1995-1998.
Satu unit rumah di Artha Guna Lestari dan di Nusantara Garden seharga Rp140 juta. Ada empat unit rumahnya yang sudah terjual.
Empat unit mobilnya merek Mercedez, Altis, Ford Ranger dan Vitara juga terjual. Sementara satu unit mobil merek Honda digantinya dengan Space Wagon. Sementara emas dan perhiasan yang dulunya cukup banyak, kini tinggal untuk dipakai dan tidak ada lagi yang disimpan dirumah. Namun demikian, logam mulia berupa jam tangan Rolex atas nama sendiri dan istri seharga Rp125 juta masih tetap ada.
Ia mengaku pernah punya utang sebesar Rp750 juta dan hingga kini belum lunas. Namun, sudah sedikit berkurang. Yang masih tetap bertahan utuh hanyalah surat berharga. Sementara tabungannya hanya ada ratusan ribu saja dan tidak mencapai angka jutaan. "Utang di Bank masih banyak. Masih sekitar Rp700 jutaan karena bayarnya cicil," ujarnya tanpa menjelaskan bagaimana hartanya habis.
Menurut Tharmani, ia datang ke Batam Juli 1986 usai menamatkan sekolahnya dan sekitar 21 tahun menjalani hidup di Batam.
Sebelum ke Batam, ia pernah bekerja di Kantor Kecamatan Tambelan. Dia menilai penghasilan sebagai PNS tidak menjanjikan sehingga memutuskan ke Batam. Dia ke Batam tanpa bekal apa-apa kecuali pakaian beberapa helai yang dibungkus di kantong plastik dan uang untuk ongkos. Sesampainya di Batam, dia menumpang di rumah seorang polisi bernama Nasrul Liza di Bengkong.
Tharmani sempat menganggur selama satu tahun sebelum bekerja sebagai tenaga harian di perusahaan kontraktor listrik.
Sekitar tahun 1988, Tharmani diminta seorang pengusaha Medan untuk memegang perusahaannya sebagai manager. Perusahan tersebut bergerak di bidang kontraktor listrik, sama seperti di tempat kerja sebelumnya. Dia bekerja di tempat itu hingga tahun 1989.
Pada tahun itu juga, dia menikah dengan seorang guru yang hingga sekarang masih setia menemaninya. Istrinya, Hj Rohana Spd kini menjadi kepala sekolah SD di Bida Asri. Istri tercintanya ini yang memberikannya empat orang anak. Masing-masing Yudhi Aristian, Roni Dwi Putra, Nina Nuraini dan Adinata. Setelah menikah, dia kemudian mengundurkan diri dari tempatnya bekerja dan membuka cabang perusahaan dari Tanjung Pinang bernama CV Menara yang juga bergerak di bidang listrik.
Dia meminjam modal ke bank sebesar Rp500 ribu dengan mengagunkan surat keputusan (SK) pengangkatan istrinya sebagai guru. Setelah mendapat pinjaman dari bank, dia langsung menjalankan usahanya. Ternyata Batam yang dalam proses pembangunan besar-besaran memberikan dia rezeki yang lumayan. Kurang dalam satu bulan, utangnya ke bank dilunasinya.
Kemudian tahun 1993, Tharmani membuka perusahaan sendiri bernama CV Riau Sakti. Dia mengakui, setelah menjalankan perusahaannya, rezekinya cukup berlimpah. Namun perusahaannya sedang vakum karena tidak ada yang menjalankan. "Anggota dewan khan dilarang untuk mengambil proyek pemerintah, dan saya juga tidak punya waktu. Walau vakum, tetapi izinnya tetap diperpanjang," kata mantan Sekretaris Akli Batam ini.
Setelah memiliki pengusaha, dia sudah banyak memegang jabatan-jabatan penting. Diantaranya dia pernah menjadi Ketua Gapeknas Batam dan Wakil Ketua Kadin Provinsi Kepri. Dia terjun ke dunia politik setelah Didi Suryadi dan Saidul Khudri mengajaknya ke PKB. "Selama satu tahun saya pertimbangkan sebelum memasuki dunia politik,'' ujarnya.
Sebagai perimbangan, disampaikan laporan KPKPN sebelum Tharmani memasuki arena Pemilu pada tahun 2004 lalu. Dalam laporannya, Tharmani tinggal di Anggrek Mas Blok F Nomor 37. Harta kekayaan yang dimiliki juga cukup lumayan banyak. Diantaranya tanah dan bangunan di Tiban Indah senilai Rp97.995.000 dengan luas luas tanah 172 meter persegi dan luas bangunan131 m2 yang dibeli antara tahun 1989-1992.
Selain itu ada juga di Sakura Indah seharga Rp50.038.000 dengan luas126x136 m2 yang dibeli sekitar tahun 1995-1998. Ada juga tiga unit rumah di Artha Guna Lestari luas per unitnya 60x21 meter persegi. Di Kuantan Dalam Tj Pinang ukuran tanahnya 497x180 seharga Rp68.660.000. Di Nusantara Garden 75/250 seharga Rp140 juta.
Kendaraan terdiri dari Mercedez, Altis, Ford Ranger, Vitara dan Honda senilai Rp276 juta. Emas dan perhiasan dilaporkan atas nama istri seberat 78,49 gram, 51,95 gram dan 57,90 gram dengan harga 16.008.900,-. Logam mulia berupa jam tangan Rolex dan istri seharga Rp125 juta serta cincin batu permata senilai Rp15 juta.
Saham dan surat berharga sekitar Rp230 juta, tabungan senilai Rp21.398.000 dan Rp785 juta.
Total kekayaan Tharmani sekitar Rp1.575.240.900, termasuk tiga perusahaan yang dimiliki diantaranya CV Riau Sakti, Menara Elektrik dan Dwi Putra Pra. Namun demikian, Tharmani juga memiliki utang sebesar Rp750 juta.(martua)

Comments

Anonymous said…
Masih berpikir mau menjadi legislator? Sekarang sudah ada KPK lho...