Anggota DPRD Edward Brando


Aktivitas sejumlah anggota DPRD Kota Batam, mendekati Pemilu 2009, cukup padat. Pemandangan ini terlihat dalam beberapa bulan belakangan ini, dimana tokoh parpol dan anggota dewan menggelar sejumlah acara, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, terlebih turun ke masyarakat. Demikian halnya dengan anggota DPRD Kota Batam dari Partai Amanat Nasional (PAN), Edward Brando. Namun bagi Edward, aktivitas untuk bersosialisasi dan berinteraksi dengan masyarakat, tidak pernah dijadwalkan, karena selama ini dia melakukan aktivitas itu. Bagi dia, untuk berinteraksi ataupun bersosialisasi, tidak mengenal momen politik. Makanya, tidak heran, jika untuk Batam Kota, dia cukup populer dikalangan masyarakat, termasuk para tukang ojek.

Pukul 07.00 WIB
Sesuai dengan janji yang disepakati dengan Edward Brando, Batam News menyambangi rumah anggota KOmisi III DPRD Batam ini, di Cendana Batam Centre. Tidak sulit mendapatkan rumahnya, walau rumahnya tidak istimewa dari rumah warga lainnya. Hanya dengan menanyakan tukang ojek di Cendana Tahap I, mereka menunjukkan rumah Edward, di Blok 6 Nomor 9. "Edward anggota DPRD khan? Rumahnya disana, pas di samping lapangan itu," ujar seorang pengojek kepada Batam News, Sabtu (24/5) lalu.

Saat itu, sekitar pukul 07.00 WIB, Batam News tiba di lokasi yang ditunjukkan pengojek tadi. Saat Batam News mencari nomor 9, dari terasnya, Edward melambaikan tangannya. Ternyata, Edward sudah duduk santai di kursi yang terletak diteras rumahnya. Dia sudah berpakaian rapi dengan koran harian terbitan Batam ditangannya. Sejurus kemudian, dia meletakkan koran itu dan memanggil pembantunya. Tidak berselang kemudian, pembantunya datang membawa dua gelas teh manis. Sambil membalik-balikkan lembaran koran yang ditangannya, Edward sesekali mengangkat gelasnya, kemudian mencicipi teh manisnya.

Tidak lama kemudian, tetangganya datang, lalu duduk didekat Edward dan ikut nimbrung. Pembicaraan seputar Pemilu mengalir. Namun aktivitas itu tidak berlangsung lama. Edward kemudian mengajak rekannya untuk ke warung untuk sarapan. Sebelum meninggalkan rumahnya, tidak lupa dia pamit dulu sama istrinya, Rasida. "Nanti kita dari sana, langsung saja ke Batuaji. Disana ada acara, jadi pamit sama istri dulu," ujar Edward sambil berjalan memasuki rumahnya.

Pukul 07.30 WIB
Pagi itu, tiga anaknya, Galang Panji Satria, Ghazzi Buana Dewa dan Angelin Brando, belum bangun. Setelah keluar dari rumah, dia kemudian menaiki mobilnya dan mengarahkan mobil mobil jeep merek Nissan warna hitam, miliknya ke mini market Gemilang Cendana, di kompleks tersebut. Tiba di disana, pria asal Sumatera Selatan ini memesan teh manis dan lontong. Disana beberapa orang warga setempat juga sedang mencicipi serapan pagi. Edwar dan warga tersebut kemudian bincang-bincang soal politik. Salah satu diantaranya juga bercerita tentang pengalamannya, saat ikut tes PPK beberapa hari sebelumnya. Sayang, tetangga Edward ini kalah. "Ada yang menebar isu kalau saya merupakan orang partai. Kawan-kawan kita juga, yang menebarkan isu itu," pria tersebut ke Edward.

Dari persoalan PPK, pembicaraan mereka mengalir terus, soal persiapan menghadapi Pemilu. Ditengah-tengah pembicaraan itu, Edward berujar jika sosialisasi paling efektif, lewat jalur non formal. "Saya tetap komit untuk bersikap sama seperti menjadi anggota dewan dulu. Nongkrong dengan warga, tukang ojek dan lain. Itu lebih efektif daripada membuat acara-acara resmi," ujar Edward kepada teman-temannya.

Mantan karyawan di PT Chubb Indonesia, kantor cabang Nagoya ini mengungkapkan niatnya untuk tetap maju dari Dapil Batam Kota, Lubuk Baja di Pemilu nanti. Optimisme akan kembali terpilih, telihat dari percakapan Edward dengan rekan-rekannya. "Ngambil daerah pemilihan sama seperti tahun 2004 saja. Tidak perlu sampai sosialisasi resmi. Saya biasa nongkrong dengan tukang ojek," ujar Edward

Pukul 09.30 WIB
Selesai mencicipi lontong di kompleks perumahannya, Edward menaiki mobilnya, ditemani salah seorang warga yang memilih ikut. Mereka meluncur menuju Batuaji, tepatnya kampus Universitas Riau Kepulauan (Unrika). Sekitar pukul 09.30 WIB, dia tiba dihalaman kampus tersebut. Edward menghadiri undangan rekan-rekannya pada acara Dialog 100 tahun kebangkitan Nasional. Disana, Edward tidak langsung menuju aula Unrika, tempat dialog berlangsung. Dia menuju ruang dosen. Ternyata, disana sudah ada rekan Edward, anggota DPRD Kota Batam dari PAN, Yudi Karnaen dan dosen Unrika, Ade Nasution.

Hampir 45 menit mereka ngobrol disana. Mereka memilih tetap disana karena acara dialog belum dimulai karena lampu di Unrika sedang mati. Sekitar pukul 10.15 WIB, acara baru dimulai, setelah anggota panitia dialog mendatangi rombongan Edward dan memberitahukan kalau lampu sudah hidup. Tidak lama kemudian, Edward Brando bersama rekan-rekannya menuju ruang dialog di aula lantai II, Unrika. Disana, Edward tidak bertindak sebagai pembicara. Dia hadir menjadi peserta, karena diundang rekan-rekannya yang bertindak sebagai panitia dan pembicara.

Pukul 12.00 WIB

Sekitar pukul 11.40 WIB, dia meluncur Usai acara Dialog, Edward meninggalkan Unrika menuju Batam Centre. Edwar menuju Mega Mall untuk makan siang. Tiba disana, dia langsung menuju lantai dua dan memasuki Godiva, bersama rekannya, warga Cendana yang kebetulan ikut bersama dia sejak pagi. Disana, dia memesan jus dan mie goreng.

Tidak berselang lama dia duduk, anggota KPUD Batam, Erison masuk. Setelah menyapa Edward, Erison memilih duduk agak jauh dari tempat duduk Edward Brando. Namun sekitar beberapa menit kemudian, dia mendekat dimeja samping meja Edward Brando. "Saya janji dengan pak Irwansyah (anggota DPRD Batam dari PPP)," ujar Erison kepada Edward.

Tidak lama kemudian, Edward menghampiri Erison dan duduk disampingnya. Disana, ikut juga nimbrung, kader PPIB Provinsi Kepri, yang kebetulan dia juga makan disana bersama rekannya. Tidak berselang lama, mereka terlibat diskusi seputar persiapan Pemilu. Menyinggung persoalan PPK, KPUD dan Panwas. Pembicaraan disana berlangsung hampir 1 jam, sambil mencicipi menu yang disediakan pelayan Godiva.

Pukul 13.00 WIB
Setelah waktu menunjukkan pukul 13.00 WIB, Edward Brando memilih untuk pamit dan meninggalkan Mega mal. Edward meluncur menuju bengkel Cahaya Bone di dekat Perumahan Chikitsu, tempat dia dan rekan-rekannya, pecinta motorcross mangkal sambil mengotak-atik motor balapnya. Dia memarkirkan mobilnya, persis di samping bengkel yang berdiri disamping jalan perumahan disana. Dia disambut rekan-rekannya kemudian menyalaminya.

Di papan nama yang tertepel di bengkel itu, disebutkan sebagai bengkel teralis. Namun oleh dia dan rekan-rekannya, difungsikan juga sebagai tempat memodifikasi motor-motor mereka. Dia berada disana hingga sore sekitar pukul 16.30 WIB. Dia bersama rekan-rekannya mengecek kondisi dan memperbaiki motor-motor yang akan digunakan untuk latihan.

Terlihat sekitar 6 motor yang sudah dimodifikasi, mirip motor yang dipergunakan untuk lomba motorcross di arena lumpur atau tanah. Berbagai jenis dan merek terlihat disana yang sudah dimodifikasi. Hanya ada sekitar dua motor yang memang sejak awal dibeli untuk balapan. Selebihnya, merupakan motor bebek yang dimodifikasi. Ada dari motor bebek merek yamaha, force one, honda 70, Suzuki dan lainnya.

Tidak hanya itu, disana juga diparkirkan satu motor kecil (mocil) yang biasa digunakan anak-anak. Menurut penuturan Edwar, motor itu digunakan hanya untuk latihan. Sementara untuk lomba, masih disimpan dirumah salah seorang warga. Namun kadang juga digunakan untuk latihan. Menurut penuturan Edward, klub motocrosnya sudah sering ikut kejuaraan. "Kita ingin profesional. Kita sudah sering ikut lomba, termasuk di Tanjung Pinang. Kita rajin latihan dengan harapan, dapat meningkatkan prestasi," ungkapnya.

Saat asyik memperbaiki salah satu motor yang kebetulan sedang rusak, Edward mendapat telepon dari istrinya. Tidak lama kemudian, istrinya yang menggunakan mobil sedan Altis datang. Edward Brando menghampiri sambil membukan dompetnya. Dia mengeluarkan sesuatu dari dompetnya, kemudian menyerahkan ke istrinya. Namun tidak jelas, apakah duit belanja atau ATM.

Selanjutnya, Edward kemudian mendekati salah satu rekannya. Dia minta rekannya membeli bensin, sambil menyerahkan jirigen tempat bensin. Setelah sekitar 15 menit kemudian, Edward mendapat telepon dari rekannya yang berangkat beli bensin. Rekannya itu, mengabarkan kalau pihak SPBU tidak bersedia menjual bensinnya. Mereka beralasa, teman Edward yang bawa jirigen, dicurigai akan menjual eceran.

Namun tidak lama, setelah dijelaskan Edward, perihal latihan yang akan dilakukannya, orang yang disuruhnya, pulang dengan membawa bensin satu jirigen. Selanjutnya dia dan rekan-rekannya mengisi bensin ke motor. Sebelum meninggalkan bengkel itu, Edward terlebih dulu mengecek kondisi motor-motor itu dan mencoba menghidupkan.

16.30 WIB
Tidak lama kemudian, rekan-rekan Edward Brando menaiki motor masing-masing. Sementara, Edward menaiki mobilnya dan meluncur ke arah rumahnya. Dia memilih pulang dulu untuk ganti pakaian sekaligus menjemput anaknya. Dia mengajak, anak pertama Brando, Galang Panji Satria ikut serta. Galang ikut dengan menggunakan seragam balap. Menurut Edward, Galang gemar dengan balap motor. Karena itu, dia juga membelikan mocil untuknya.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti keselakaan yang membahayakan anaknya, dia membelikan seragam dan pelindung, lengkap dengan helmnya. Edward tiba di lahan kosong yang sedang dalam proses penimbunan, tepatnya diseberang perumahan Cendana. Dia tiba bersama Galang, dan disana, rekan-rekannya sudah siap disana dengan motor-motor yang diperbaiki dan disiapkan sejak siang.

Tidak lama kemudian mereka mengeluarkan mocil dari mobil edward. Tidak hanya Galang, disana beberapa anak-anak seumurnya juga sudah siap-siap untuk latihan. Namun pakaian yang dipergunakan tidak selengkap Galang. Anak-anak ini ikut orang tuanya, yang hobbi balapan. Dua motor kecil digunakan dan satu motor bebek yang dijadikan motor balap digunakan anak-anak itu.

Awalnya Edward bersama rekan-rekannya latihan dengan motor yang sudah disiapkan. Berselang kemudian, baru, sekitar tiga orang anak-anak, termasuk anak Edward memasuki arena latihan. Demikian seterusnya mereka berganti-ganti latihan. Beberkali juga mereka mengisi bensin yang disiapkan di jirigen, di mobil Edward.

Beberapa kali Edward turun untuk latihan dengan menggunakan motor yang berbeda. Edward dan rekan-rekannya, terlihat menggunakan motor berbeda secara bergantian. Dari insensitas penggunaan, Edward lebih sering menggunakan salah satu mocil. "Motornya kencang, tapi bawanya harus hati-hati. Kalau tidak hati-hati, mudah terlempar karena motornya lebih ringan," ujar Edward kepada rekannya. Walau menggunakan mocil, Edward bisa mengungguli rekan-rekannya. Edward juga terlihat cukup lihai mengendarai motor itu.

Pukul 17.45 WIB

Sekitar pukul 17.30 WIB, latihan sempat berhenti karena hujan turun. Namun tidak lama kemudian, mereka kembali turun untuk latihan. Mereka mencoba arena lomba yang sudah basah dan hujan masih turun. Walau licin, mereka tetap mampu menaklukkan arena berlumpur itu. "Kalau lumpur, lebih seru dan tantangan lebih berat. Tapi untuk pecinta motocross, itu tantangan yang mengasikkan," ujar Edward sambil berjalan kearah mobilnya.

Akhirnya sekitar pukul 17.45 WIB, dia dan rekan-rekannya menghentikan latihan. Selain karena sudah mulai gelap, bensin yang tersedia juga mulai menipis. Dia dan anaknya memilih pulang kerumahnya. Tiba dirumah, dia cuci tangan dan masuk menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya yang sudah berlumpur. Sementara Batam News, memilih untuk meninggalkan rumah Edward. "Terima kasih banyak sudah menemani saya sejak pagi. Hati-hati pulangnya ya," ujar pria yang mengaku selalu tidur diatas pukul 02.00 WIB, setiap harinya. (Martua P Butarbutar)

Comments