Hedonisme

Anthony Giddens dalam bukunya berjudul Hedonisme.......
mengatakan"Demokrasi akan menjadi kekuatan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian baru yang ditimbulkan oleh globalisasi yang diprediksinya mampu merombak tradisi dan juga yang berhubungan dengan agama.

Dia memberikan analis bahwa demokrasi yang dimotori oleh sikap tolerani kosmopolitan bertarung melawan fundamentalisme dan kalau demokrasi yang menang jalan akan terbuka untuk menjinakkan dunia yang lepas kendali". Secara jelas mengatakan bahwa begitu sentralnya peranan demokrasi pada sebuah kemajuan dan kebaikan masyarakat dunia.

Bagaimana sesungguhnya demokrasi itu memberikan harapan akan kehidupan masyarakat yang lebih baik? Berkaitan dengan demokrasi, dalam buku, Nurkholish Madjid mengatakan "bahwa demokrasi itu dinamis bukan statis sehingga tidak mengherankan jika prinsip-prinsip demokrasi itu beragam. Suatu masyarakat disebut demokrasi selama ia bergerak menuju kepada yang lebih baik".
Demokrasi erat hubungannya dengan hak-hak azasi manusia serta peran serta rakyat dalam proses pengambilan kebijakan publik yang menyangkut hak dan kewjiban warga negara itu sendiri. Pada sebuah masyarakat perlu dikembangkan kesadaran untuk terlibat dalam menentukan perubahan kultur kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dirasakan sangat penting dilakukan agar terciptanya suatu masyarakat yang memiliki nilai-nilai luhur dan tradisi intelektual sehingga nantinya akan terbangun sebuah masyarakat yang beradab, berkeprimanusiaan dan berprikeadilan. Demokrasi politik mencakup tugas untuk semakin menerapkan nilai-nilai dan cita-cita dari masyarakat, bangsa dan negara seperti kebebasan, persamaan, persaudaraan, keadilan, partisipasi rakyat, dan ruang bagi kritik, koreksi, dan pengawasan terhadap penggunaan kekuasaan
Pelaksanaan pemilu 1999 yang yang dipandang sebagai pemilu yang dinilai oleh banyak kalangan sangat demokratis ternyata belum mampu menciptakan pemerintahan yang demokratis. Sekalipun demikian tidak bisa dipungkiri jika pelaksanaan Pemilu dan Pilpres pada tahun 2004 sudah lebih baik dari sebelumnya. Proses Pemilu yang berjalan tersebut bukan tidak tanpa kekurangan, tetapi proses tersebut merupakan langkah yang sudah cukup baik. Tinggal kedepan bagaimana pasca proses Pemilu tersebut berakhir, dinamika politik yang berimplikasi pada kehidupan sosial juga semakin baik.
Kita diperhadapkan pada sebuah cita-cita perwujudan demokratisasi dan disisi lain kita menghadapi krisis nilai, norma dan etika berpolitik dalam menerima kebebasan. Kita punya nilai budaya yang luhur, secara idealnya ketika kita melihat Pancasila yang dijunjung tinggi sebagai sesuatu yang dicita-citakan. Persoalan yang dihadapi bangsa ini adalah melebarnya jurang antara kultur masyarakat yang idealis dan realitas masyarakat dimana konsep idealis masyarakat kita tercermin pada Pancasila.
Dalam hal demokrasi kita mencerminkanya dalam pancasila sila keempat dengan kedaulatan rakyatnya, tetapi kenyataan rakyat yang terwakili selalu dikhianati oleh individu atau kelompok tertentu yang mewakili. Fenomena yang terjadi dalam proses demokratisasi saat ini seperti, pengatasnamaan kontituen dari wakil-wakil rakyat yang telah banyak mengabaikan masyarakat lain dengan mengambil keuntungan ditengah keterpurukan dan hilangnya nilai moral. Padahal berbicara tentang keharusan moral adalah berbicara tentang keharusan yang berlaku bagi semua orang dan dilakukan dengan suatu komitmen diatas nilai pluralisme. Ditengah agenda reformasi kita diperhadapkan dengan sikap hedonisme para elit-elit politik kita. Bagaimana sikap dari elit-elit politik Indonesia dengan memakai aji mumpung menguras habis kepercayaan masyarakat yang diaspirasikan pada PEMILU. Sikap hedonis yang merupakan transformasi dari keserakahan dan hanya untuk mementingkan diri sendiri untuk kemewahan begitu menggejala saat ini ditengah elit politik.
Mereka mencoba berpikir realistis atas dirinya sendiri bukan atas masyarakat yang memilih mereka, ditengah kekwatiran masa jabatannya dengan kata lain "ambillah sebanyaknya selagi bisa engkau nikmatisepa tahu besok mati atau tidak menjabat lagi". Sikap hedonisme ini lahir disebabkan oleh kekwatiran akan hari depan dan ketidak mampuan untuk mengendalikan diri serta mental yang tidak siap dalam melayani masyarakat. "Ketika uang menjadi berkuasa, nilai-nilai lama tidak lagi berarti. Sila pertama pancasila sudah berubah menjadi keuangan yang maha kuasa.Dan apabila uang sudah berkuasa, kerakusan serta cinta diri menjadi ciri pokok kehidupan berbangsa, egoisme menjadi dasar segala aktivitas, orang lain tidak dianggap lagi sebagai saudara dan akan muncul faham homo homini lupus. Perilaku tersebut dapat juga dinamakan seperti homo homini lupus(manusia merupakan serigala untuk sesamanya).
Dari sikap seperti ini tercermin bahwa elit politik mengalami krisis moral dan etika dalam pelayanan publik. Banyak orang melakukan tindak korupsi tanpa rasa bersalah sama sekali, banyak juga yang tidak merasa malu lagi pada lingkungannya karena mereka melakukannya bersama-sama ataupun dikarenakan mengantisipasi ketidakpastian masa depan yang di pandangnya setiap saat tergoncang akibat budaya politik kita yang belum dewasa, padahal dia sendiri merupakan penyumbang terbesar dari ketidak dewasaan itu.
Proses penempatan kedudukan seseorang dalam lingkaran kekuasaan tersebut harus melalui kualitas sumber daya manusia dan mekanisme demokratisasi. Pada sisi lain yang tidak kalah penting adalah pembangunan infrastruktur yang memiliki watak mandiri, kritis, sosial, dan progresif. Substansi dari hal itu adalah menunjukan majunya Bangsa Indonesia, kontrol langsung terhadap jalannya kehidupan negara dan memperkuat kedudukan rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara serta menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good government)
Sejak pemilu 1999 banyak kasus korupsi yang muncul kepermukaan dan menjadikan wakil rakyat dan eksekutif sebagai tersangka termasuk di kota Batam.
Situasi ini menggambarkan bahwa kondisi mental dan moral masyarakat kita mengalami krisis yang amat memprihatinkan, karena bagaimanapun mereka menjadi cerminan masyarakat Indonesia. Rakyat berpesta dengan bergulirnya demokrasi dengan pesta suka cita menyambut kehidupan sosial, politik, budaya dan ekonomi yang lebih baik.
Proses penyepelean etika demokrasi itu kini tengah berjalan di Indonesia? Norma-norma dan nilai-nilai etika moral terkikis dengan ketidaksiapan menjadi pelayan masyarakat. Tetapi pada gilirannya nanti, pengabaian terhadap landasan-landasan etika, moral dalam demokrasi ini dengan mudah dapat bermuara pada munculnya sikap yang tidak rasional berupa kebencian kolektif dan histeria yang dapat berwujud pada ketidakyakinan akan pemerintahan yang berjalan maupun sistem demokrasi yang berjalan dengan kebebasan dan keterwakilan masyarakat lewat lembaga formal politik .
Perlu di pahami bahwa elit politik dan penguasa adalah pelayan dari segenap aspirasi serta tuntutan masyarakat yang berjalan diatas nilai dan norma serta etika sebagai budaya demokrasi. Tata pemerintahan dan negara demokrasi bersyaratkan kontrol aktif terhadap pemerintahan melalui parlemen dan lembaga kemasyarakatan. Inilah jalan demokrasi baru kita, mengontrol pusat-pusat kekuasaan yang mengatur hidup sosial. Kita menghendaki suatu negara yang bersih, atau istilahnya clean and good governance,seperti halnya yang dikatakan oleh Rousseau bahwa "pemerintah hanya bertugas melaksanakan kehendak rakyat, pemerintah adalah alat yang melayani digunakan oleh kehendak umum".
Inilah kalimat Rosseau yang bukan sebagai kiasan tetapi pegangan untuk eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk menjadi sikap, karena ketimpangan ekonomi yang paling menonjol pada era reformasi saat ini adalah antara tiga kelompok diatas dengan rakyat. Dengan pemahaman demokrasi yang berorientasi bagi kesejahteraan rakyat maka ketimpangan dan krisis kepercayaan rakyat bisa diatasi.
Pada sebuah masyarakat perlu dikembangkan kesadaran untuk terlibat dalam menentukan perubahan kultur kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal tersebut dirasakan sangat penting dilakukan agar terciptanya suatu masyarakat yang memiliki nilai-nilai luhur dan tradisi intelektual sehingga nantinya akan terbangun sebuah masyarakat yang beradab, berkeprimanusiaan dan berprikeadilan.
Dalam kerangka itu dapat disebut sebagai cita-cita menuju kepada negara modern dan demokratis serta penciptaan civil society.
Upaya tersebut tidak dapat terealisasi tanpa adanya partisipasi aktif dan kesamaan visi dari seluruh anak bangsa untuk melakukan gerakan pemikiran yang konstrukstif, progresif, dan konseptual. Dengan prasyarat tersebut akan didapati suatu hal yang terprediksi secara signifikan suatu proses perubahan yang pasti sebagaimana diharapkan. Para pejabat publik tidak mampu mengerti dan menjalankan sebuah amanat rakyat!
Sistem demokrasi yang dicoba dibangun oleh Indonesia saat ini belum mampu menjawab ketidakpastian nasib Bangsa Indonesia dan para pejabat publik bukan membangun sebuah bangsa dan peradaban yang maju tetapi sedang membangun diri sendiri dalam ekonominya dan secara politik untuk kelompoknya. Bersatulah dalam keberagaman kita, dan menjadi sebuah bangsa yang lebih dewasa dalam sebuah sistem demokrasi yang selalu kita dengungkan. Marilah kita mengawal demokratisasi dengan kekritisan dan kebersamaan yang kita bangun bersama.

Comments