Tahun Tersibuk Parpol Menuju 2009

Tahun Tersibuk Parpol Menuju 2009
- Kader Partai Dermawan, Ramah dan Akomodatif

Pemilu 2009 merupakan ajang pembuktian popularitas kader partai melalui pencalonan di untuk merebut kursi DPRD Batam, DPRD Kepri, DPR RI hingga DPD. Selain itu anggota dewan saat ini memiliki beban lebih besar dibandingkan calon yang belum pernah menduduki kursi legislatif. Anggota dewan saat ini harus membuktikan seberapa kuat dia dimasyarakat, termasuk setelah menjalankan tugasnya selama menjadi anggota dewan.

Beberapa figur anggota dewan saat ini juga mulai rajin menyapa masyarakat termasuk pers dari mulai media cetak hingga elektronik. Tidak jarang keramahan itu terlihat tidak seperti biasanya walau beberapa tokoh parpol maupun beberapa anggota dewan ada yang ramah dan perhatian. Ada juga yang meninggalkan komisi 'basah' untuk menghindari penilaian negatif masyarakat di Pemilu mendatang.

Beberapa anggota dewan dan kader partai mulai rajin menanyakan tokoh masyarakat, termasuk juga mulai rajin sekedar menanyakan kabar wartawan melalui SMS maupun telepon. Langkah ini menjadi salah satu strategi yang mulai berkembang dalam mencari simpati dan membangun hubungan dengan harapan memenangkan Pemilu, baik secara individu maupun lembaga partai.

Tidak bisa dipungkiri, kedekatan dengan warga menjadi kunci keberhasilan memenangkan kursi dewan. Langkah ini merupakan salah satu strategi, seperti yang akan dilakukan PAN dan PPP yang akan mulai menggodok calonnya Januari 2008.

Tidak bisa dipungkiri,langkah-langkah sosialisasi ini dilakukan mengingat Januari 2008, Parpol-parpol besar, mulai melakukan persiapan, baik penyusunan strategi pemenangan, penyusunan caleg dan lainnya. Sementara parpol kecil dan parpol baru mulai mempersiapkan diri menghadapi verifikasi agar bisa menjadi peserta Pemilu.

Jika awal tahun 2007, parpol baru menyita perhatian saat mereka melakukan deklarasi dan sosialisasi ditengah masyarakat, namun eksistensinya menurun drastis. Misalnya PDP, Hanura, PPRN, PKD. Mereka belakangan ini hanya menunjukkan keberadaannya di Batam melalui spanduk.

Sementara parpol besar yang sibuk dengan konsolidasi internal dengan agenda Muscab, Muswil dan Munas, kini mulai gencar meperlihatkan gerakannya. Perang spanduk hanya bagian kecil dari pergerakan yang kelihatan. Partai yang memiliki kader di dewan melakukan perang opini.

Beberapa parpol juga melakukan gerakan sosial dan keagamaan. PPP merupakan salah satu partai yang intens mengunjungi warga di masjid-masjid yang ada di perkampungan warga di Batam. Tentunya selain memperebutkan tokoh masyarakat untuk bergabung, parpol juga memperkuat ketokohannya ditengah masyarakat.

Sementara beberapa partai besar sudah masuk pada gerakan sosial yang lebih nyata. Misalnya dengan PDI Perjuangan yang membuat bakti sosial, cerdas cermat antar SMA. Golkar dengan rangkaian kegiatan yang melibatkan massa, seperti lomba jalan santai dan donor darah pada HUTnya.

Pergerakan politik idiologi kemasyarakatan ini juga menjadi bagian dari keseharian PDIP yang dikenal dengan partai wong cilik. Dalam setiap kegiatan, Soerya yang menjadi Ketua DPD PDIP Kepri melibatkan masyarakat kecil. Dia sendiri terlihat beberapa kali hadir ditengah warga yang melakukan aksi demonstrasi. Soerya sendiri mengaku kalau sejak awal dia menekankan kepada kadernya agar selalu dekat dengan wong cilik.

"Kalau kita dekat, kita tahu apa problem masyarakat. Kalau sudah tahu apa kebutuhan dan tuntutan masyarakat, kita bisa merumuskan pokok pikirkan untuk diperjuangkan lewat fraksi agar dapat disikapi pemerintah. Jadi sturuktur partai juga harus merumuskan langkah kongkrit. Jadi ditelurkan melalui partai.

"Aspirasi arus bawah kita serap juga melalui ranting ke PAC kemudian ke DPC dan disampaikan ke fraksi. Jadi kita selalu melakukan koordinasi dengan semua tingkatan, dan tidak semata sekarang dilakukan saat mendekati Pemilu," jelas mantan calon wakil Gubernur Kepri ini.

Ketua DPRD Kota Batam ini mengatakan, seharusnya apapun problem masyarakat harus disikapi pemerintah. Kalau sampai DPRD tidak menyikapi dan mengambil sikap, pemerintah tumpul dan bisa dikatakan gagal.

Menilai sendiri kinerja fungsionaris dan kader PDI Perjuangan selama 3 tahun belakangan ini, Soerya menilai ada perkembangan, namun belum signifikan. PDIP sendiri selalu berupaya merangkul partai lain agar bersama-sama menyikapi persoalan ditengah masyarakat. "Namun masih ada partai yang terlihat susah diajak untuk bekerjasama. Padahal kita bicara rakyat bukan untuk kepentingan PDIP," tegasnya.

Menghadapi persoalan ekonomi, sosial kemasyarakatan dan politik, DPD PDIP selalu melakukan rapat mingguan. Rapat dengan DPC juga dilakukan untuk memperkuat koordinasi. Hasil-hasil rapat ini diputuskan menjadi program partai. Hasil rapat pengurus juga menjadi pedoman fraksinya mengambil sikap di dewan.

"Fraksi tidak bisa berbeda dengan partai, karena mereka menjalankan apa yang diintruksikan partai. Kita akan selalu berada digaris terdepan untuk wong cilik. Selama masih ada wong cilik atau manusia termarjinalkan, kita ada. Kalau PDIP tidak melakukan itu, berarti partai kehilangan rohnya," jelasnya.

Sedikit bicara soal keberhasilan partainya, Soerya begitu bangga menceritakan keberhasilan Suryatati Manan memimpin Tanjung Pinang sebagai Walikota. Persentase perolehan suara Tatik kata Soerya merupakan yang tertinggi di Indonesia. "Kita meningkatkan kinerja kita, belajar dari pengalaman diberbagai Pilkada yang berlangsung di Kepri. Kita senang dengan keberhasilan itu, tapi keberhasilan itu merupakan keberhasilan wong cilik," ujar Soerya dengan mata berbinar.

Soerya juga menegaskan kalau pihaknya tidak meminta komitmen ke Tatik agar berbuat untuk wong cilik. "Siapapun kepala daerah yang memiliki kewajiban dengan parpol yang mengusungnya, akan menggrogoti pemerintahan. Jadi kita akan mengontrol Tatik, benar nggak dia berbuat untuk masyarakat? Jadi kita bukan minta sumbangan ke partai," katanya.

Menghadapi Pemilu 2009 mendatang PDI Perjuangan kata dia sudah memiliki pedoman, namun secara rinci belum ada keputusan. Secara pribadi dia mengatakan, kedepan dia akan melakukan evaluasi terhadap kader partainya dengan ketat. "Siapa yang berpuat akan mendapat tempat untuk bersaing," katanya.

Secara tegas Soerya menolak untuk mengikuti langkah beberapa partai yang akan melakukan penjaringan calon anggota legislatif secara terbuka. Penjaringan tidak melihat kader partai atau tidak. "Namanya Parpol, jelas calon harus yang menjadi anggota dan memiliki KTA. Jadi menjadi calon anggota dewan harus punya keterikatan dengan partai secara langsung sebagai kader," jelasnya.

Dia beralasan, PDIP harus menjaga platform partainya dan tidak akan menarik calon yang bukan kader. "Se kaya apapun, kalau tidak punya KTA, jangan berharap kami usung. Mau dicalonkan, daftar jadi anggota," tegasnya.

Dia juga meningatkan kalau kader partainya memiliki kewajiban untuk menjaga dan membesarkan nama partainya. Idealnya yang duduk dianggota dewan, mereka yang memiliki dana, jadi bukan yang mencari duit. "Jadi yang dipengurusan partai yang berani berkorban, dan bukan mencari duit," tambahnya.

Kalau itu dilakukan, legislatif juga tidak bisa di kontrol (remote) eksekutif. Silahkan menjadi pengusaha atau berbisnis, tapi jangan pernah membawa nama partai. Jadi sejak dulu hingga masih menjadi bagian dari PDIP, selalu dekatlah dengan masyarakat. "kita pelopori semangat gotong royong dengan masyarakat dan kesetiakawanan sosial. Ingatlah, kalau benar-benar kader PDIP, dia tidak akan goyah," tegasnya mengakhiri.

Diantara parpol lama dan parpol besar, PAN salah satu melakukan membuka peluang calon anggota legistifnya diluar kader partainya. Jadi PAN menghilangkan istilah kader partai dan non kader. Konsep tersebut berjalan dengan pemahaman, semua partai politik hanya fasilitator.

"Karena UU Pemilu mengharuskan calon anggota lewat parpol, maka kita ikuti. Dalam hal ini, kader partai harus memiliknilai konpetitif," jelas Edward Brando, Ketua Bidang Pengkaderan DPD PAN Kota Batam ini.

Mereka beralasan, wakil rakyat harus kompetitif. Jadi bukan merasa tergusur atau tidak. "Dengan pola seperti ini kita menargetkan kursi di Batam maksimal 8 dan minimum sama dengan yang ada sekarang, 6 kursi. Jadi pengurus harus konpetitif dan bukan bicara tergusur atau tidak," kata Edward

Namun Edward menolak jika partainya akan melakukan rekruitmen caleg dengan memungut biaya pendaftaran hingga puluhan juta. "Ada daftar, tapi tidak paki uang daftar, termasuk yang dari non kader. Mudah-mudahan strategi ini juga mempunyai efek yang besar," jelasnya.

Dia hanya khawatir di Pemilu 2009 nanti, pemilih akan merosot karena warga memilih golput. Menurut dia, saat ini warga sedikit apatis dengan politik. Karena itu, PAN lebih giat melakukan pencerahan politik agar masyarakat lebih menyadari hak politiknya termasuk di Pemilu.

Menurut dia, sekarang banyak anggota dewan, termasuk dia yang turun ketengah masyarakat tidak membawa nama partai. Dia llebih suka menggunakan dewan. Edward bukan tidak bangga dengan partainya, namun karena masyarakat sekarang cenderung lebih apatis dengan nama partai.

Secara tegas Edward juga mengatakan, kalau sampai setengah anggota dewan sekarang tidak terpilih di Pemilu mendatang, dia menilai sebagai suatu kemajuan. Dia menilai jika itu terjadi, masyarakat mengalami kemajuan. "Berarti ada kemajuan pemahaman masyarakat jika setengah anggota dewan sekarang tidak terpilih," kata anggota Komisi III ini tanpa menjelaskan maksudnya.

Nah, soal gerakan politik, Partai Golkar juga tidak ketinggalan. Mereka menjalankan gerakan politik terbuka dengan kegiatan yang melibatkan masyarakat. Misalkan saja gotong royong, sunatan massal, gerakan jalan, safari ramadhan, termasuk menurunkan satgas untuk membatu masyarakat yang terkena banjir. Mereka berusaha menghilangkan kesan elitis,berbeda dengan PDIP yang dikenal wong ciliknya. "Mudah-mudahan masyarakat memberikan respon yang positif.

Menghadapi Pemilu 2009 Golkar juga memiliki konsep tersendiri dalam menentukan strategi pemenangan. Mereka juga memegang komitmen untuk rekruitmen calon anggota DPRD, hanya dari kader partai. Tahun 2008 dijadikan Partai Golkar untuk memaksimalkan pergerakan politik dalam memenangkan Pemilu. Sementara tahun 2009 hanya finising dari gerakan politik yang berjalan sebelumnya.

"Golkar merupakan partai kader. Kader yang kredibel, komit dengan perjuangan dan memiliki kepekaan dengan masyarakat menjadi kader yang akan diusung. Jadi kalau mau calon anggota dewan, harus memiliki KTA dan mengikuti pendidikan," kata Ketua DPD Partai Golkar Kota Batam, Zainal Abidin.

Golkar juga meminta konsistensi dalam membela masyarakat dan fanatisme dengan partai. Walau demikian, Golkar tidak menampik dalam perjalanan politik di era reformasi, kadernya 'lompat pagar'. Beberapa kadernya juga ada yang pindah partai baik dengan baik-baik dan ada juga pindah partai tanpa pemberitahuan. "Ada yang terang-terangan pindah dan mengajukan surat pengunduran dirinya. Tapi ada juga yang sembunyi-sembunyi," jelasnya.

Terhadap kader yang akan menjadi anggota dewan, partai pimpinan Yusuf Kalla ini juga akan benar-benar selektif. Kinerjanya ditengah masyarakat sebagai kader partai akan menjadi pertimbangan utama. Bahkan jika dinilai baik, kader yang sudah duduk di DPRD Kota Batam berpeluang dipertahankan. Bahkan hingga tiga periode. "Tapi tergantung dari kredibilitas di partai dan masyarakat. Kalau memang bisa menjadi bagian dari masyarakat dan diterima masyarakat, kenapa tidak," tambahnya

Tokoh masyarakat yang bergabung juga akan dipertimbangkan PG menjadi kader dan calon anggota dewan setelah sebelumnya mengikuti proses dan resmi menjadi anggota. Namun dalam hal ini PG akan memlihat, benar kah orang tersebut tokoh atau hanya menokohkan diri.

Keberadaan Partai Golkar sendiri hingga besar saat ini tidak dilepaskan dari keberadaan organisasi berafiliasi dengannya, organisasi mendirikan dan didirikan. Organisasi ini memiliki massa yang besar dan pergerakannya lebih diterima masyarakat dibanding pergerakan partai. Misalkan saja Soksi, AMPG, AMPI dll.

"Kita memiliki organisasi yang berafiliasi dengan Golkar. Mereka memiliki komitmen kuat dengan PG dan selalu kita libatkan dalam setiap pergerakan kita. KIta juga membuka mereka untuk direkrut di Pemilu," imbuhnya mengakhiri.

Sementara sebagian partai kecil masih sibuk dengan konsolidasi internal sambil mengunggu kabar dari Jakarta, soal kelanjutan partainya. Koalisi dengan parpol lain atau harus mengubah namanya agar bisa mengikuti Pemilu. Hal itu juga tidak ditampik Ketua DPD Partai Pelopor Provinsi Kepri dan satu-satunya anggota dewan asal partainya di DPRD Batam, Onward Siahaan.

Partai Pelopor di Kepri menunggu kabar final soal nasib partainya dari Jakarta. Kabar terakhir dari pengurus pusatnya, Pelopor akan bergabung dengan Partai Damai Sejahtera (PDS) dan Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI). Jika nantinya final bergabung, tiga partai bergabung dan membawa nama PDS, sehingga lolos electoral treshold dan menjadi pemilu 2009.

Jika jadi bergabung, dia sendiri akan bergabung dengan PDS. Kalau kabarnya sekarang sudah mendekati final. Kalau sudah final dan ada kejelasan kedepan, sosialisasi akan di perkuat mulai awal tahun 2008.

Tidak bisa dipungkiri, sosialisasi sendiri sebenarnya sudah berjalan sejak dia menjadi anggota dewan. Secara tidak langsung, agenda dewan juga bagian dari sosialisasi para wakil rakyat. "Menjalankan tugas sebagai anggota komisi, warga juga akan meningat kita, jika kinerja baik, terlepas dari partai apapun," katanya. (martua/indrawan)

Comments