Dua Kali 'Ijab Kabul' Walau Sudah Cocok

Dua Kali 'Ijab Kabul' Walau Sudah Cocok
- Penggalan Kisah Sani-Soerya Menjabat

"Kita sudah cocok, tapi kita sampai dua kali ijab kabul," cerita Soerya, hingga Sani-Soerya berpasangan.

Sebelum HM Sani dan HM Soerya kemudian menjadi pasangan, keduanya melakukan komunikasi intens. Terlebih, sebelum Pilkada Provinsi Kepri berlangsung pada tahun 2010 lalu, keduanya merupakan rival. Namun kecocokan figur membawa keduanya menjadi pasangan yang kemudian memenangkan Pilkada.

Namun bersatunya pasangan yang sempat menjadi lawan di Pilkada tahun 2005, tidak ditampik Soerya peran pihak ketiga. ‎Mantan Asisten III Pemprov Kepri, Said Agil yang diakui paling berperan dalam mempersatukan Sani-Soerya. Komunikasi keduanya terbangun lewat Said Agil, sebelum mengikat janji, untuk berpasangan di Pilkada.

"‎Pertama saat itu yang menjadi mak coblang, Said Agil," cerita Soerya terkait pesan pejabat Pemprov Kepri.

‎Rencana untuk berpasangan tergolong mulus, walau dalam istilah Soerya, mereka ibarat dua kali ijab kabul. Saat itu, Sani masih menjabat Wakil Gubernur Kepri. Sementara Soerya masih menjadi Wakil Ketua DPRD Kepri.

Sebelum kesepakatan pertama untuk berpasangan, Said Agil menemui Soerya di kediamannya. Kemudian mereka melakukan pertemuanan di kediaman Lis Darmansyah, yang saat itu menjadi anggota DPRD Kepri, di Tanjungpinang.

"Awalnya hampir deal. Sudah ada kesepakatan-kesepakatan. Tapi deal seratus persen, diruang kerja Kadispar Batam, Guntur Sakti," cerita Soerya.

Saat itu, di Pemko Batam, ada saksi beberapa pejabat Pemko Batam. Diantaranya, Buralimar, Guntur Sakti,Martin, Murmis dan Agussaiman. Awalnya, Sani mengajak ketemu di Graha Kepri. Namun, kemudian disepakati di Pemko Batam. "Tidak enak, karena pak Ismeth (Ismeth Abdullah Gubernur Kepri saat itu), kantornya disitu," sambung Soerya.

Saat itu diakui, sempat ada kekhawatiran Sani, jika nama diusulkan ke Megawati, Ketua Umum PDI Perjuangan, akan memutuskan Soerya sebagai calon Gubernur. Namun Soerya meyakinkan Sani, jika dirinya bilang siap Wagub, maka yang akan dipegang Sani, dirinya hanya mau jadi Wagub. Komitmen itu yang kemudian menjadikan keduanya berpasangan.

Saat itu juga mereka sepakat dan juga mengatakan, agar pejabat pemko Batam diruangan Guntur Sakti saat itu, akan ikut mereka ke Pemprov Kepri, jika menang. Setelah keduanya terpilih dan memimpin, Sani-Soerya menjalankan pemerintahan, dengan dinamika yang ada.

Sejak Pilkada hingga kepemimpinanya berakhir, pasangan Sani‎ dan Soerya dikenal jargon 2HMS (HM Sani-HM Soerya). Keduanya berjalan dengan dibantu para pimpinan SKPD gabungan pejabat kabupaten/kota dan dari Pemprov itu sendiri, yang direkrut, merealisasikan visi-misi 2 HMS.

Diakui, selama memimpin, banyak keputusan yang diambil terkait pembangunan, melalui perdebatan keras dan panjang. Namun diantara kebijakan mereka yang belum terealisasi, terkait dengan pembangunan Dompak. Semasa memimpin, Sani dan Soerya menargetkan Mei 2016, pembangunan selesai dan 1 Juni 2016 diresmikan.

Saat ditanya terkait kominikasi dengan Sani selama memimpin, Soerya mengaku berjalan baik. Keduanya diakii, tidak pernah tidak cakapan. Walau dalam beberapa rapat, harus bersikeras dengan pendapat masing-masing. Apa lagi keduanya sama-sama keras dengan pendapat masing-masing.

"Tapi kita tidak pernah tidak cakapan. Pokoknya kalau ketemu, pasti cakapan," ujar Soerya.

Saat ditanya kemudian hingga akhirnya mereka berpisah di Pilkada tahun 2015, diakui lebih karena kondisi. Saat itu, keduanya sepakat jalan masing-masing, karena rancangan undang-undang Pilkada sebelum diubah. Dimana, sempat keluar rancangan ‎UU, yang menyebut tidak ada Wagub dipilih di Pilkada. Kemudian di MK, akhirnya dikembalikan.

"Sempat juga muncul PNS yang jadi wagub. Saya ingat waktu itu, diruang pak Jumaga Nadeak, saya tanya bagaimana kita pak? Pak sani bilang, tidak apa dinda, kita masing-masing, tidak apa," kata Soerya menirukan jawaban Sani.

Soerya membantah kalau hubungannya dengan Sani tidak harmonis. Dia menilai, isu itu dihembuskan orang-orang tertentu. Yang benar misalnya, hubungan saya dengan pak Sani, baik. Soal perbedaan sikap, itu biasa. Suami istri aja ada perbedaan. Tapi perbedaan itu tidak sampai menimbulkan perceraian diantara keduanya.

"Saya sama pak Sani sama-sama keras. Misalnya, saya bilang, pak, saya tidak setuju itu. Kemudian, pak sani bilang juga, saya tidak setuju. Tapi akhirnya masing-masing putar otak, biar ada titik temu," cerita Soerya.

Hanya saja, disebut Soerya, kadang-kadang media nakal. Biar menarik, sani-soerya pecah. Tapi bukan pecah. Hanya beda pendapat. Waktu Sani berobat di Jerman, diakui Soerya, ada juga yang berpikiran, Soerya akan mengkudeta.

"Pada hal, pak Sani yang buat SK. Orang pak Sani pulang, saya yang menerima di Gedung Daerah. Bukan tipe saya menelikung,"cetusnya.

Sama halnya saat Sani meninggal. ‎Banyak orang yang disebut bilang, Soerya tidak akan datang. Pada hal,dirinya yang paling cepat datang ke Tanjungpinang. Dirinya sudah ke Tanjungpinang, sekitar pukul 06.30 WIB. Padahal dihari yang sama, ada Rakerda PDIP Kepri di Batam.

"Saya juga kabarin ke bu Mega dan bu Mega bilang, minta dibuat papan bunga. Kita ini, tahu, kapan kita berperang, kapan kita bersosialisasi dan lain," imbuh Soerya mengakhiri.

Terkait dengan sosok Sani dan Soerya, dinilai Oktavio Bintana, secera positif. Pasca Pilkada Kepri, Oktavio Bintana menilai jika Soerya menjadi tokoh penyeimbang dalam perjalan pembangunan Kepri."Kita apresiasi kedua tokoh. Sayang pak Sani sudah meninggalkan kita. Tapi kini ada pak Soerya," harap Vio.(mbb)

Comments