Kami Sudah Terlihat dari Singapura

Kami Sudah Terlihat dari Singapura

Oleh : Martua Butar-Butar, Batam

”Sekarang kalau malam, Singapura sudah bisa lihat lampu kami di Sembulang ini. Terima kasihlah Pak Jokowi”

PASANGAN suami istri, Ikwan dan Murni, warga Sungai Raya, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), memperhatikan petugas Bright PLN Batam yang memasang meteran di tiang listrik dekat rumahnya. 

Tidak lama kemudian, lampu di teras rumah pasangan suami istri itu menyala terang. Wajah pasangan suami istri terlihat semringah sambil tangannya memainkan pisau untuk melepaskan pisang dari tandannya. 

Singapura dan temaram (remang-remang) rumah, restoran dan resort di pantai Pulau Batam. Namun, kini dimulai sejak tahun lalu, warga di sana bisa menikmati energi yang berkeadilan, lewat listrik PLN.

”Dulu, biasanya genset dihidupkan sekitar pukul 18.00 WIB dan dimatikan sekitar pukul 21.00 atau pukul 22.00 WIB. Setelah itu, menghayal bisa daerah ini seperti Singapura. Atau setidaknya seperti Pulau Batam,” kata Ikhwan. 

Mereka membatasi waktu operasional gengset, karena pengeluaran untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) cukup besar. ‎Jika harus menghidupkan genset dari pukul 18.00 sampai 06.00 WIB atau 12 jam, pengeluaran perbulan untuk BBM, bisa sampai Rp800 ribu per bulan. Pengeluaran itu belum termaksud untuk perbaikan genset atau ganti genset jika rusak. ‎Sehingga banyak warga menghidupkan genset pukul 18.00 hingga 22.00 WIB.

Kini, impian untuk menikmati listrik dari PLN akhirnya terwujud. Mereka sudah bisa menikmati listrik 24 jam dengan biaya relatif murah. "Kami sudah bisa kelihatan malam hari dari Singapura. Lampu kami sudah terang. Kemarin-kemarin, cuma kami yang bisa lihat mereka (Singapura). Sudah bisa isi baterai HP dan nonton televisi setiap saat," kata Murni sambil terkekeh.

Alasan itu juga hingga Murni merasa tidak berlebihan, menyampaikan terima kasih terhadap pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang sudah menerangi wilayah perbatasan Indonesia. 

"Terima kasih untuk pak Jokowi. Perhatiannya besar untuk kita di pulau-pulau di perbatasan ini. Sudah lama kita merdeka, sudah 73 tahun ya? Baru sekarang kami bisa menikmati listrik," ujar Murni lagi. 

Pernyataan senada disampaikan warga Galang lain, Misran. Selama ini, mereka mengeluarkan dana besar, sekitar Rp800 ribu sampai diatas Rp1 juta, hanya untuk menikmati listrik selama 12 jam. Nilai pengeluaran lebih besar, karena menerangi ternak ayamnya. Kini dia lega dengan masuknya listrik dari PLN Batam, karena keuntungan dari ternak lele dan ayam, lebih banyak. 

"Kami setidaknya menghabiskan minyak, empat sampai enam jirigen perbulan. Jadi dibanding listrik PLN, kami seperti hemat 600 ribu. Sekarang beban seperti diangkat dari pundak. Nyaman karena listrik sudah masuk dan untung lebih baik," beber Misran.

Begitu antusiasnya warga, hingga tiap sambungan baru di satu lokasi di Kecamatan Galang dan Bulang, diwarnai acara peresmian. Seperti acara syukuran peresmian penyambungan baru pelanggan warga Sungai Raya, Sembulang, Kecamatan Galang, Batam beberapa bulan lalu.‎ Perangkat kecamatan, kelurahan hingga warga, antusias ikut peresmian listrik disetiap titik.

"Dengan sambungan ini, sulit kami membayangkan senangnya masyarakat. Setiap Musrenbang, usulannya masyarakat selalu penerangan," ujar ‎Camat Galang, Amri.

Disisi lain, sebagaian warga diwilayah itu, sebelumnya mendapat bantuan listrik tenaga surya. Dimana, sebagian warga di kecamatan Galang itu, mendapat bantuan dari pemerintah, listrik tenaga surya atau solar home system (SHS)‎. Namun SHM sangat terbatas dan pemeliharaannya tidak dipahami warga.

Daerah yang tersedia sebelumnya SHM, seperti di Kampung Monggak, Kelurahan Rempang Cate, Kecamatan Galang. Dimana,‎ ada109 rumah di Kampung Monggak RT 01 dan RW 02 Kelurahan Rempang Cate, Pulau Petong RT 01 dan RT 02 Kelurahan Pulau Abang sebanyak 102 rumah.

"Pembangunan solar home system ini sudah kita laksanakan sejak 2011 sampai 2015. Awalnya, pemerintah memberikan bantuan berupa genset. Namun karena krisis BBM solar tahun 2011, diambil alternatif penyediaan energi, melalui sistem listrik tenaga surya ini," ungkap Wali Kota Batam, HM Rudi.

Saat ini, PLN sudah menargetkan penerangan dengan listrik yang mereka sampaikan. Namun dilakukan bertahap, hingga ujung di Galang Baru. Masuknya jaringan listrik dari PLN kewilayah itu, memunculkan optimisme warga terhadap pertumbuhan ekonomi kedepan.

Listrik dinilai, memiliki daya tarik bagi investor dan itu juga menjadi keyakinan PLN. Direktur Bisnis Bright PLN Batam, Husnus mengatakan, mereka terus melakukan perluasan jaringan listrik di wilayah-wilayah pulau atau hiterlan di Batam. Mereka akan memasang jaringan hingga Sembulang ujung dan Galang Baru.

"‎Jadi kalau ada pelaggan rumah tangga dan industri, yang belum teraliri listrik, bisa mengajukan sambungan baru," himbau Husnus.

Dalam menerangi pulau-pulau di perbatasan Indonesia-Singapura, khususnya yang masuk wilayah Batam, mereka terbantu PGN. Salah satunya, diwilayah Kecamatan Rempang dan Kecamatan Galang. ‎PLN Batam menyiapkan rencana pembangunan pembangkit di Galang, karena disana ada pangkalan gas yang didistribusikan PGN.

"‎Dari sini akan kita sampai Jembatan 5. Karena di Jembatan 5, ada tempat gas kita yang dikirim ke Pulau Dompak, Tanjungpinang," beber dia.

Tidak hanya warga, dunia usaha di Galang Baru, khususnya restoran Seafood diharap disupport listrik PLN. Dimana di Galang Baru ada tiga kampung. Masing-masing, Air Lingka, Kampung Baru dan Kampung Tanjung Cakang. "Di Tanjung Cakang, banyak pengusaha disana, mendambakan listrik. Kalau bisa, secepatnya dipasang tiang listrik," harap Lurah Galang Baru, M Sahril, beberapa waktu lalu.

- Dukungan Program Energi Berkeadilan 

Energi berkeadilan ini menjadi impian yang mulai direalisasikkan di era kepemimpinan Jokowi sebagai Presiden. Harapan pulau-pulau penyangga atau hiterland Batam, lambat-laun menemui titik terang, untuk mendapatkan energi yang berkeadilan. 

Sebagai penghasil gas, beberapa daerah di Provinsi Kepri, semakin banyak menikmati listrik. Kondisi ini mendapat dukungan dari ketersediaan gas. Dimulai dengan pembangkit listrik seperti dimanfaatkan PLN Batam, yang dipasok PGN. Termaksud di Karimun, yang dipasok untuk pembangkit listrik melalui PT widar Mandripa Nusantara. 

Selain itu, ada jaringan gas (jargas) yang sudah dinikmati 4ribuan lebih warga Batam. Untuk Batam pembaangkit listrik yang dioperasikan, mayoritas menggunakan gas. Pasokan gas untuk kebutuhan daerah perbatasan Batam, tidak lepas dari dari dukungan Kementerian ESDM, Kementerian BUMN sejak tahun 2015 dan termaksud didalamnya PGN serta PLN. 

Sebagaimana intruksi dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), PGN mensupport PLN dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar pembangkit.‎ Bahkan PGN juga mendapat intruksi pemerintah pusat, menurunkan laba, untuk mendukung kebijakan menyediakan harga gas domestik yang stabil, saat harga gas dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) naik.‎ 

Dipihak pemerintahan pusat, Kementerian ESDM juga sudah mengeluarkan kebijakan, pemangkasan regulasi, dibidang listrik hingga Migas. Menteri ESDM, Jonan memaparkan, aturan di sektor Migas dari 10 menjadi tujuh dan Ketenagalistrikan dari dua menjadi satu. Demikian, kerinduan Provinsi Kepri, belum sepenuhya terpenuhi. 

Dimana, masih banyak pulau belum terlayani oleh listrik, seperti disampaikan Gubernur Kepri, Nurdin Basirun. Ketersediaan gas termaksud dalam bentuk LNG, diharap bisa mendorong ketersediaan listrik. "Kepri gudang gas, tapi belum bisa dinikamti semua pulau. Mudah-mudahan, sumber gas dari Lapangan Gajah Baru di Natuna, segera bisa dimanfaatkan untuk Kepri, meski dalam waktu dekat didahulukan pasokan untuk PLN Batam," kata Nurdin.

Pembahasan antara Kementerian‎ ESDM dengan Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, PLN Batam, PGN, BPKP Pusat dan‎ perusahaan migas yang menjadi operator blok migas di Lapangan Gas Gajah Baru Natuna Sea Block A, juga sudah dilakukan.

"Kami ingin mendapat akses langsung, mendapatkan gas langsung dari Natuna dengan pipa. Bukan LNG, karena lebih mahal," harap Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kepri, Amjon mengakhiri.***



Comments