BBM dan Pertamina dalam Non Subsidi

‎KETIKA BBM NON SUBSIDI BUKAN PILIHAN
‎- Awalnya Terpaksa, Kini Terbiasa

‎"Pede (percaya diri) aja diantrian Pertalite atau Pertamax, pakai motor butut (tahun keluaran lama). Ini soal kenyamanan kita pakai motor," Erianto
Laporan: Martua P Butarbutar

Masyarakat Batam yang berada di perbatasan‎ dengan Malaysia dan Singapura, mulai jarang mengeluh dengan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Kondisi itu berbeda dengan beberapa tahun lalu, saat kelangkaan BBM kerap terjadi. Kini, kondisi berbalik dan masyarakat atau pengendara di Batam, memiliki beberapa pilihan untuk BBM.
Erianto merupakan‎, warga Tanjungpiayu, Sei Beduk yang bekerja di industri galangan kapal atau shipyard di Batuampar, Batam. Setiap hari dia harus berangkat kerja dan pulang dengan motor Legenda 2, produksi tahun 2002. Motor itu sudah menjadi bagian dari kesehariannya sekitar 15 tahun, sejak dibelinya tahun 2003.
Saat ditemui, Erianto baru keluar dari barisan antrian pengendara yang mengisi ‎bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, di dispenser SPBU Pandanwangi, Batam. Siang itu, Jumat (30/3) dia terlihat tidak buru-buru, karena sedang libur Paskah. Siang itu, diantr‎ian motor dari berbagai jenis merek dan keluaran beberapa unit motor terlihat keluaran tahun lama.
Selain itu, diantrian dispenser Premium ‎di SPBU itu juga terlihat motor berbagai jenis. Sementara di dispenser Pertamax Plus lebih didominasi mobil dan sesekali masuk motor. Antrian dibarisan pengisian BBM jenis Pertalite, menarik karena cukup banyak motor keluaran dibawah 2010. Semetara selama ini, motor yang banyak diantiran itu, lebih banyak dari keluaran tahun 2010 keatas.
"Dulu saya terpaksa isi (Pertalite). Kita pede (percaya diri) aja diantrian Pertalite pakai motor butut (tahun keluaran lama). Ini soal kenyamanan kita pakai motor. Kalau antrian panjang di Pertalite, saya pilih isi Pertamax Plus," ‎kata Erianto, pemilik motor Legenda 2, saat disambangi Tanjungpinang Pos, tidak jauh dari lokasi dia mengisi BBM.
Diceritakan, keterpaksaannya menggunakan Pertalite, saat itu sekitar satu tahun lalu, di SPBU, Tanjungpiayu, Sei Beduk, sedang kehabisan BBM jenis Premium. Kemudian Erianto yang hendak kerja, terpaksa mengisi Pertalite. Dua hari kemudian, saat mengisi BBM, antrian untuk mengisi Premium dan Pertalite panjang. Karena harus mengejar waktu agar tidak terlambat sampai ditempat kerja, Erianto memilih BBM dieceran yang menggunakan botol aqua ukuran 1,5 liter.
"Orang kita itu biasanya kalau udah langganan satu jenis, susah pindah. Tapi kalau manfaat teras, cepat pindah," cetusnya.
Setelah beberapa kali terpaksa gunakan Pertalite, Erianto akhirnya memilih jenis ini sebagai konsumsi motor jadulnya. Pilihan itu bukan tanpa sebab. Erianto mengaku, merasa lebih nyaman, karena motornya terasa ringan saat digas. Selain itu diakui lebih halus saat menggunakan BBM dengan oktan atau research octane number (RON) 90 itu.
"Kalau Pertamax Plus, katanya RON lebih tinggi. Lebih halus suara motor dan kencang. Asap juga tak nampak. Asap ini perlu perhatian juga, apa lagi kalau motor kita motor lama. Jangan sampai ngepul, diteriakin orang kalau dilampu merah," sambungnya sambil melempar tawanya.
Bagi Erianto, BBM non subsidi itu kini ‎menjadi pilihan, demi kenyamanan diri dan motornya. Walau non subsidi, beda pengeluarannya juga tidak beda jauh. Sebelumnya, dengan Premium dia mengeluarkan sekitar Rp23 ribu sekali dalam dua hari mengisi BBM. Dengan Pertalite, dia hanya mengeluarkan sekitar Rp25 ribu per dua hari.
"Itu kalau saya hanya dari rumah ke tempat kerja pulang pergi. Tidak beda jauh, tapi motor terasa lebih awet," beber.
Petugas SPBU, Sei Beduk, Lisda membenarkan kesadaran untuk penggunaan BBM jenis Premium dan Pertamax. Diakui, hingga awal tahun lalu, petugas untuk dispenser Pertalite dan Pertamax, hanya satu orang, karena belum banyak memanfaatkan. "Kalau sekarang, tidak bisa lagi. Petugas di dispenser Pertalite dan Pertamax harus beda. Itu pun, antrian motor dan mobil untuk Pertalite harus beda," jelasnya.
Pernyataan itu sejalan dengan disampaikan Rian yang berprofesi sebagai ojek onlie, yang menggunakan motor matic. Sebagai tukang ojek, Rian memilih BBM Pertalite dan Pertamax Turbo. Walau hanya berprofesi ojek onlie, dia memilih BBM dari dua jenis itu, yang lebih mahal dibanding Premium.
"Ini (ojek online) untuk cari makan, harus dirawat biar awet. Saya pilih Pertalite atau Pertamax Plus atau Pertamax Turbo. Tergantung antrianlah. Kalau Pertalite antri agak panjang, aku isi Pertamax Plus atau Turbo," cerita Rian.
Menurutnya, baik saat menggunakan jenis Pertalite atau Pertamax, selisih pengeluarannya juga tidak beda jauh. "Kita juga pede kalau bincang dengan teman, saat menunggu panggilan penumpang di dekat Kepri Mal sana," kata Rian sambil menunjukkan titik ojek online biasa mangkal.
Kini, baik Erianto dan Rian mengaku, pilihan jenis BBM yang digunakan tidak sekedar pemenuhan bahan bakar kendaraan lagi. Jenis BBM yang dipilih menjadi bagian dari gaya hidup. "Mau berkualitas, pilih yang Pertalite atau Pertamax Plus. Biar motor kredit, penting BBM-nya Pertamax Plus," kata Rian sambil tertawa.
Berangkat dari pilihan-pilihan jenis BBM yang disediakan Pertamina itu juga terlihat orientasi konsumsi masyarakat Batam. Dimana, orientasi pengguna kendaraan di Batam, memberikan gambaran atas pilihan pada kualitas produk.
"Kalau selisih harga sebenarnya sedikit saja. Dampaknya juga terasa. Mesin lebih awet. Biaya pemeliharaan lebih murah," ujar ‎Erianto menimpali.
‎Kehadiran produk Pertamina jenis Pertalite dan Pertamax, memberikan kesan orientasi masyarakat yang berubah, dari kuantitas ke kualitas. Langkah yang sejalan juga diambil Pemerintah Kota (Pemko) Batam. Kini, untuk mobil dinas (mobdin) dilingkungan Pemko Batam, belanja BBM yang dianggarkan, untuk Pertalite dan bukan Premium lagi. Hal itu diungkapkan Kepala Bagian Humas Pemko Batam, Yudi.

"Sekarang, mobdin, sudah pakai Pertalite bang. Anggaran belanja BBM di APBD memang begitu," ungkap Yudi.
Sebagai pejabat dilingkungan pemerintah, Yudi mengakui tidak mempersoalkan jenis BBM yang disediakan untuk mobil dinas, karena disediakan di APBD. Namun diakui, perubahan BBM mobil dinas dari Premium ke Pertalite, manfaatnya lebih terasa pada mesin yang dinilai lebih terawat.
"Ini fasilitas (mobdin), tapi lebih nyaman untuk kendaraan dinas. Tidak rewel dan suara mesin lebih halus. Dengan oktan lebih tinggi dan ramah lingkungan," cerita Yudi.
Wali Kota Batam, HM Rudi, sebelumnya juga menyatakan, Pertalite menjadi pilihan BBM untuk kendaraan dinas di lingkungan Pemko Batam. "Supaya pemerintah ini tidak memakai yang subsidi, yang jadi haknya orang kecil. Untuk pejabat eslon III, pakai Pertalite, karena relatif lebih murah, dan ‎berkualitas," tegas Rudi
Bagi Pertamina sendiri, Kota Batam menjadi daerah yang cukup istimewa. Hal itu terlihat dari kebijakan saat meluncurkan produk baru-nya. Saat meluncurkan produk baru, beberapa kali Pertamina melakukan di Batam. Seperti peluncuran produk Pertalite dan Pertamax Turbo, yang dilakukan pertama kali di Batam.
Unit Manager Communicatiin And CSR, Pertamina MOR, Rudi Arifianto mengatakan, ‎Pertalite masih merupakan bahan bakar yang paling murah dikelasnya, atau RON 90. "Sehingga masyarakat diharapkan bijak menggunakan energi secara produktif dan harus berhemat," himbau Rudi.
Saat ini diakui, khusus wilayah Provinsi Kepri, konsumsi Pertalite didominasi oleh Batam. Kondisi saat ini diakui, konsumsi premium di Batam relatif rendah dibanding daerah lain di Kepri. Kedepan, didorong pemanfaatan BBM non subsidi untuk jenis Pertalite dan Pertamax.
"Di Batam, konsumsi kendaraan lebih ke Pertalite. Tapi kalau dihiterland dan kabupaten/kota lain di Kepri, 60 persen masih premium," jelas Rudi.
Saat ini, harga Pertalite dan Pertamax Plus sesuai diputuskan Pertamina, di Batam dan kabupaten/kota lain di Provinsi Kepri, ‎Rp 8.150. Sementara Pertamax Turbo, Rp10.200 untuk Batam dan Rp10.350, untuk daerah lain di Kepri. Harga BBM jenis Dexlite disemua wilayah Kepri, Rp 8.400. Harga Pertamina Dex 9.400 di Batam 9.400 dan 10.100 di kabupaten/kota lain di Kepri.
"Tapi secara umum, Pertalite masih merupakan bahan bakar yang paling murah di kelasnya  RON 90-91 itu," jelasnya mengakhiri.***

Comments